Siapa yang tak kenal Facebook? Situs jejaring sosial buatan Mark Elliot Zuckerberg itu telah mendunia. Dan sekarang, di Indonesia juga sudah ada yang menciptakan situs sejenis. Hebatnya, yang penciptanya hanya seorang bocah berusia belasan tahun.
Muhamad Yahya Harlan (13) adalah nama bocah pencipta situs ala Facebook tersebut. Siswa kelas 7A (1 SMP) Sekolah Alam Bandung, Jawa Barat, itu menamai situs ciptaannya dengan Salingsapa.com.
Awalnya, kata Yahya, ia tergerak ingin membuat jejaring sosial yang hampir sama dengan Facebook (FB) yang berbahasa Indonesia. Kemudian, hanya dalam kurun waktu satu bulan, terciptalah Salingsapa.com. Dalam waktu yang cukup singkat tersebut, Yahya membuat situs jejaring sosialnya penuh fitur yang agak jauh berbeda dengan FB.
"Awalnya saya lihat di news, ada orang Indonesia yang membuat semacam FB dengan bahasa Indonesia. Saya pikir, saya juga bisa buat yang sama dan lebih bagus lagi," kata Yahya, ditemui di sekolahnya di kawasan Dago Atas, Kamis (10/2/2011) kemarin.
Anak sulung dari pasangan Yan Harlan (45) dan Fidriana (37) ini pun mulai mengotak-atik komputernya untuk merancang fitur-fitur di jejaring sosial yang akan dibuatnya itu. Dibantu sang ayah yang juga hobi main komputer, Yahya meminta ide-ide fitur yang akan dibuatnya.
Hasilnya, karya siswa yang menyukai mata pelajaran IPA ini ternyata mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Jumat (11/2/2011) sore ini, ia bahkan didapuk menjadi satu dari tiga siswa SMP yang akan menyampaikan presentasinya di hadapan dosen dan mahasiswa ITB.
Menurut sang ibu, Fidriana, putranya itu diminta memaparkan hasil karyanya selama 20 menit dan 10 menit untuk sesi tanya jawab. Tidak ada persiapan khusus yang dilakukan Yahya meski ini pertama kalinya ia harus tampil di depan umum, terlebih lagi di hadapan dosen dan mahasiswa.
Namun, Fidriana percaya, anaknya itu mampu membuktikan diri. Karena jejaring sosial tersebut memang murni hasil karya Yahya meski ada bantuan ide dari sang ayah.
Ia juga menuturkan, minat Yahya pada komputer sudah terlihat sejak usia 3 tahun. Saat itu, ia mengotak-atik komputer milik sang ayah. Karena minatnya yang besar, Yahya pun ikut beberapa les komputer, termasuk les di Komlab ITB yang pesertanya kebanyakan mahasiswa.
"Dia selalu ingin mempelajari yang baru tentang komputer, makanya saat ikut les, ia ikut beberapa paket pelatihan yang pesertanya mahasiswa semua," kata Fidriana, saat ditemui di kediamannya di Awi Ligar, Cimenyan, Bandung.
Begitu tahu anak sulungnya menciptakan jejaring sosial, ia dan suaminya hanya mendukung dan mengarahkan bahwa karyanya tersebut akan lebih bagus bila bermanfaat bagi banyak orang.
"Karena itu, Salingsapa.com ini diniatkan untuk dakwah dan kebaikan. Harapan kami, jejaring sosial ciptaan Yahya ini juga sebagai ladang amal," kata Fidriana, yang tetap memantau Yahya agar tetap bisa mengatur waktu antara belajar dan mengurus jejaring sosialnya tersebut.
From http://edukasi.kompas.com/read/2011/02/11/1105163/Wow.Anak.SMP.Bikin.Situs.Ala.Facebook
Selasa, 15 Februari 2011
Senin, 14 Februari 2011
Capoeira
Capoeira adalah sebuah sistem bela diri tradisional yang didirikan di Brazil oleh budak-budak Afrika yang dibawa oleh orang-orang Portugis ke Brazil untuk bekerja di perkebunan-perkebunan besar. Pada zaman dahulu mereka melalukan latihan dengan diiringi oleh alat-alat musik tradisional, seperti berimbau (sebuah lengkungan kayu dengan tali senar yang dipukul dengan sebuah kayu kecil untuk menggetarkannya) dan atabaque (gendang besar), dan ini juga lebih mudah bagi mereka untuk menyembunyikan latihan mereka dalam berbagai macam aktivitas seperti kesenangan dalam pesta yang dilakukan oleh para budak di tempat tinggal mereka yang bernama senzala. Ketika seorang budak melarikan diri ia akan dikejar oleh “pemburu” profesional bersenjata yang bernama capitães-do-mato (kapten hutan). Biasanya capoeira adalah satu-satunya bela diri yang dipakai oleh budak tersebut untuk mempertahankan diri. Pertarungan mereka biasanya terjadi di tempat lapang dalam hutan yang dalam bahasa tupi-guarani (salah satu bahasa pribumi di Brazil) disebut caá-puêra – beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa inilah asal dari nama seni bela diri tersebut. Mereka yang sempat melarikan diri berkumpul di desa-desa yang dipagari yang bernama quilombo, di tempat yang susah dicapai. Quilombo yang paling penting adalah Palmares yang mana penduduknya pernah sampai berjumlah sepuluh ribu dan bertahan hingga kurang lebih selama enam puluh tahun melawan kekuasaan yang mau menginvasi mereka. Ketua mereka yang paling terkenal bernama Zumbi. Ketika hukum untuk menghilangkan perbudakan muncul dan Brazil mulai mengimport pekerja buruh kulit putih dari negara-negara seperti Portugal, Spanyol dan Italia untuk bekerja di pertanian, banyak orang negro terpaksa berpindah tempat tinggal ke kota-kota, dan karena banyak dari mereka yang tidak mempunyai pekerjaan mulai menjadi penjahat. Capoeira, yang sudah menjadi urban dan mulai dipelajari oleh orang-orang kulit putih, di kota-kota seperti Rio de Janeiro, Salvador da Bahia dan Recife, mulai dilihat oleh publik sebagai permainan para penjahat dan orang-orang jalanan, maka muncul hukum untuk melarang Capoeira. Sepertinya pada waktu itulah mereka mulai menggunakan pisau cukur dalam pertarungannya, ini merupakan pengaruh dari pemain capoeira yang berasal dari Portugal dan menyanyikan fado (musik tradisional Portugis yang mirip dengan keroncong). Pada waktu itu juga beberapa sektor yang rasis dari kaum elit Brazil berteriak melawan pengaruh Afrika dalam kebudayaan negara, dan ingin “memutihkan” negara mereka. Setelah kurang lebih setengah abad berada dalam klandestin, dan orang-orang mepelajarinya di jalan-jalan tersembunyi dan di halaman-halaman belakang rumah, Manuel dos Reis Machado, Sang Guru (Mestre) Bimba, mengadakan sebuah pertunjukan untuk Getúlio Vargas, presiden Brazil pada waktu itu, dan ini merupakan permulaan yang baru untuk capoeira. Mulai didirikan akademi-akademi, agar publik dapat mempelajari permainan capoeira. Nama-nama yang paling penting pada masa itu adalah Vicente Ferreira Pastinha (Sang Guru Pastinha), yang mengajarkan aliran “Angola”, yang sangat tradisional, dan Mestre Bimba, yang mendirikan aliran dengan beberapa inovasi yang ia namakan “Regional”.
From http://id.wikipedia.org/wiki/Capoeira
From http://id.wikipedia.org/wiki/Capoeira
Langganan:
Postingan (Atom)